Merah-Putih yang disutradarai oleh Yadi Sugandi merupakan bagian pertama dari rangkaian film "Trilogi Merdeka" yang merupakan trilogi film perjuangan pertama di Indonesia.
Film ini diceritakan pada 1947 dan dimulai dengan sebuah keluarga petani pada satu pagi yang tampaknya biasa. Tiba-tiba tentara Belanda datang ke rumahnya dan membunuh semua dari keluarga itu, termasuk anak-anaknya. Hanya Thomas (Doni Alamsyah) dari keluarga yang berasal dari Manado itu yang bertahan hidup. Dia seorang penganut Kristen dan dia memiliki watak emosional dan pembalas dendam karena punya pengalaman buruk tentang keluaraganya yang dibunuh oleh tentara Belanda di Sulawesi.
Thomas ada satu dari lima pemuda yang dikisahkan dalam film ini. Lima pemuda ini dari latar belakang yang berbeda. Selain dari Thomas ada Amir (Lukman Sardi), seorang pemeluk Islam berasal Jawa Tengah. Dulu dia bekerja sebagai guru. Sementara itu, Daya (T. Rifnu Wikana) merupakan seorang pemeluk Hindu berasal Bali. Ternyata, dia tangkas membunuh orang pakai pisau. Lalu ada Marius (Darius Sinathrya), seorang betawi dan anak priyayi. Marius berteman dengan Soerono (Zumi Zola) yang terkenal dari kalangan keluarga yang kaya.
Kelima pemuda ini mendaftarkan diri ke sekolah tentara rakyat. Mirip sejarah besar Indonesia, lima orang ini miliki latar belakang perbedaan yaitu budaya, suku, tingkat sosial hingga agama. Sementara perbedaan yang tersebut menimbulkan konflik internal di tengah masa pendidikannya, saat Belanda melakukan serangan terhadap tempat sekolah tentara rakyat Indonesia tersebut, lima pemuda ini hilangan perbedaan dan mejadi satu berjuang kemerdekaan Indonesia.
Film ini cukup bagus menceritakan sejarah Indonesia saat agresi militer Belanda oleh Jenderal Van Mook setelah Perang Dunia II. Aktingnya, efek-efeknya, dan adegan aski biasa saja. Beberapa adegan agak sensasionil dan ceritanya klise, mengingatkan saya film-film Amerika tentang perang.
Saya dengar dari teman bahwa film ini bagus, tapi agak kecewakan saya.
Saya masih belum nonton film ini tapi dari resensi mbak Madison, saya dapat rasa film ini menarik sekali. Karekter film ini yang semua dari latar belakang berbeda menggambarkan rakyat Indonesia bergabung tanpa elemen diskriminasi untuk menentang penjajah.
ReplyDeleteMbak akan menonton film ke-2 and ke-3?
ReplyDeleteMenarik bagaimana karekternya mewakili "Bhinneka Tunggal Ika." Hampir sama dengan film militer di AS. Film perang AS selalu punya satu tentara dari bagian selatan, satu tentara yang orang kulit hitam, satu tentara pemuda kaya yang masuk dari universitas, dll. Mungkin tren ini sifat unik untuk nationalisme.